liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138

Anak Usaha Bank Mandiri Kurangi Investasi ke Startup Pinjaman Online

Anak Usaha Bank Mandiri Kurangi Investasi ke Startup Pinjaman Online

Financial technology (fintech) menjadi primadona investor dalam beberapa tahun terakhir. Namun anak usaha Bank Mandiri, Mandiri Capital Indonesia, justru mengurangi fokusnya pada pinjaman atau pembiayaan rintisan fintech alias pinjaman online (pinjol).

Penyebabnya adalah faktor risiko. “Dalam risk appetite, kami mengurangi fokus pada fintech atau peer to peer (P2P) lending,” kata Chief Financial Officer Mandiri Capital Indonesia Faisal Rino Bernando dalam konferensi pers, Kamis sore (13/10).

Meski demikian, dia mengatakan bahwa Mandiri Capital Indonesia telah berinvestasi di sejumlah besar pinjaman startup fintech. Namun, dia tidak merinci nilai atau jumlah pendanaan.

“Portofolio kami di pinjaman financial technology cukup besar,” kata Rino. “Jadi secara kelompok kita ingin diversifikasi sektor. Ada pertanian dan sebagainya.”

Beberapa pinjaman fintech yang telah disuntik modal oleh Mandiri Capital Indonesia antara lain:

Koinworks Indonesia Investree Indonesia Crowde Indonesia Amartha Indonesia

“Empat ini membawa kebaikan. Pertumbuhannya sangat baik,” kata Chief Investment Officer Mandiri Capital Indonesia Dennis Pratistha.

Pinjaman Fintech Kredit Macet Meningkat

Tingkat keberhasilan pembayaran keseluruhan pinjaman Fintech di bawah 90 hari (TKB90) adalah 97,11% pada bulan Agustus. Artinya kredit macet alias 90-day Return Default Rate (TWP90) adalah 2,89%.

Namun, TKB90 TaniFund hanya 51,73% minggu lalu (4/10). Artinya, 48,27% peminjam tidak mampu mengembalikan pinjaman alias kredit macet.

Pemberi pinjaman atau pemberi pinjaman TaniFund juga mengeluh bahwa dana mereka tidak kembali. William Sumoro misalnya mengatakan, lebih dari Rp 100 juta miliknya sendiri masih tertahan di startup ini.

Katadata.co.id mengkonfirmasi kepada prinsipal TaniFund, TaniHub, terkait pengaduan warganet yang mengaku sebagai pemberi pinjaman, sejak akhir bulan lalu (27/9). Namun hingga berita ini diturunkan belum ada tanggapan.

Direktur Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan Fintech OJK Tris Yulianta mengatakan lender memang menanggung risiko jika peminjam (borrower) di fintech lending terlambat atau tidak membayar pinjaman.

Hal itu tertuang dalam perjanjian. “Jadi, platform P2P lending tidak terlindungi,” ujar Tris kepada Katadata.co.id, akhir bulan lalu (27/9). Perusahaan seperti TaniFund dan iGrow hanya diwajibkan menagih cicilan dari peminjam.

“Sebelum meminjamkan, platform pinjaman P2P memberikan informasi tentang calon peminjam, termasuk mencetak hasil dan memfasilitasi asuransi kredit jika pemberi pinjaman memilih untuk mengasuransikan,” ujarnya.

Jika dilihat dari sudut pandang seluruh industri fintech loan, menurut dia, kredit macet saat ini belum berada pada level berbahaya. “Sepanjang masa pandemi corona, TWP 90 bahkan pada Agustus 2020 sudah mencapai 8,88%. Setelah itu membaik,” ujarnya.

Namun, dia mengakui OJK belum menetapkan tingkat tertentu dalam menilai tingkat kesehatan penyaluran kredit. “Namun, kami terus memantau perubahan dari TWP90 (kredit macet),” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Humas Asosiasi Fintech Pembiayaan Indonesia (AFPI) Andi Taufan menilai, rasio kredit bermasalah meningkat karena industri fintech lending berkembang pesat. “Peningkatan TWP 90 sulit dihindari,” ujarnya kepada Katadata.co.id, akhir bulan lalu (27/9).

Dia menjelaskan, kredit bermasalah (NPL) atau kredit macet cenderung meningkat ketika terjadi peningkatan signifikan dalam jumlah produksi termasuk jumlah peminjam. Penerbitan pinjaman oleh fintech lending memang mengalami peningkatan, dengan rincian sebagai berikut: